Kuasai WhatsApp, Kekaisaran Facebook Semakin Luas - Dalam rimba bisnis, untuk menjadi sukses muncul satu pakem "bila tak mau repot jadi inventor, kuasai saja kompetitor." Agar menang di laga bisnis, sepanjang punya dana melimpah, beli saja perusahaan pesaing.
Jurus yang dipakai bernama akuisisi dan inilah yang kini jadi andalan Facebook dalam bisnis media sosial. Setelah sukses menguasai Instagram dua tahun lalu, kini laman bentukan Mark Zuckerberg itu mengumumkan akuisisi atas WhatsApp, aplikasi percakapan yang sedang happening (populer) di kalangan pengguna ponsel pintar di muka bumi.
Walau sudah memiliki "rakyat" lebih dari 1,2 miliar pengguna (users) setiap bulan, Facebook ingin perluas kekaisaran digitalnya. Didirikan lima tahun silam, WhatsApp kini punya massa lebih dari 400 juta pengguna per bulan.
Kalangan media pemerhati teknologi, seperti laman Wired, menilai akuisisi Facebook atas WhatsApp ini juga dinilai strategis untuk menarik kembali minat para pengguna muda atau yang berkatagori remaja. Pasalnya, survei beberapa waktu lalu mengungkapkan Facebook belakangan ini mulai ditinggalkan populasi remaja, yang beralih ke media sosial lain yang lebih atraktif dan efektif.
Faktor itu dimiliki WhatsApp, penyedia mobile messaging antarplatform. Maka, pada 19 Februari 2014, Facebook tidak ragu membeli WhatsApp seharga US$16 miliar atau sekitar Rp188 triliun, dengan pembayaran US$4 miliar secara tunai dan US$12 miliar berupa saham di Facebook.
Facebook juga akan menambah saham untuk WhatsApp senilai US$3 miliar dalam penutupan akuisisi selama empat tahun mendatang. Jadi total pembelian itu bisa senilai US$19 miliar.
Secara rinci, Facebook menyerahkan 183.865.778 lembar saham biasa Facebook kategori A, dengan harga per lembar US$65,2. Facebook juga memberikan 45.966.444 lembar saham terbatas kepada karyawan WhatsApp dengan harga US$65,2 per lembar.
Sinyal akuisisi ini ternyata, sudah terjadi sejak musim semi 2012 silam usai CEO Facebook, Mark Zuckerberg dan CEO WhatsApp, Jan Koum, berkomunikasi untuk pertama kalinya.
Seperti dikutip dari laman Business Insider, Kamis 20 Februari 2014, menyebutkan bahwa sebulan setelah komunikasi itu, keduanya diketahui pernah nongkrong bareng minum kopi di Los Altos, California.
Kala itu, Zuckerberg kabarnya sudah mulai merayu Koum agar WhatsApp mau bergabung dengan Facebook. Namun, saat itu rayuan Zuckerberg ditolak mentah-mentah karena tidak terjadi kesepakatan apapun.
Meski begitu, Zuckerberg tidak patah semangat. Keduanya tetap menjalin komunikasi dan berhubungan baik. Bahkan, tidak jarang beberapa kali bertemu untuk sekadar makan malam.
Semakin hari, sang pendiri Facebook semakin kepincut, terkesima melihat pertumbuhan WhatsApp. Ia memberi kredit pengguna aktif WhatsApp di seluruh dunia yang mencapai 450 juta, yang dicapai dalam empat tahun sejak diluncurkan.
Jika dihitung dalam kurun waktu empat tahun, laju itu mengalahkan laju pertumbuhan Facebook, Instagram, Skype, dan Gmail.
Sinyal kuat akuisisi pun terlihat pada 9 Febuari lalu. Zuckerberg mengundang Koum untuk makan malam di rumah pribadinya. Di tengah perjamuan itu, Zuckerberg mengajukan usulan merger.
"Mari kita menghubungkan dunia bersama-sama. Ini akan menjadi akuisisi yang tidak biasa. Ini akan menjadi kemitraan," ujar Zuckerberg kepada Koum.
Ia pun tak lupa menawari Koum untuk duduk dalam direksi perusahaan jika ia mau merestui akuisisi itu. Mendengar tawaran Zuckerberg, Koum tak langsung mengiyakannya. Ia meminta waktu untuk memikirkannya dalam beberapa hari.
Kemudian tepat pada hari valentine atau 14 Februari, Koum tiba-tiba menyambangi rumah Zuckerberg, meski ia mengganggu makan malam valentine Zuckerberg dan istrinya, Priscilla.
Kepada Zuckerberg, Koum menjelaskan, ia berkunjung untuk membicarakan kesepakatan akuisisi. Tak banyak yang dibicarakan sejak tawaran terakhir, terjadilah kesekapatan akuisisi itu yang ditandai dengan nuansa hari kasih sayang.
Facebook memang rajin mengakuisisi platfrom yang mendukung jejaring sosial. Dua tahun lalu, jejaring sosial itu mendapatkan Instagram, dan belum lama ini Facebook juga sempat menawar Snapchat, aplikasi chatting mobile, meskipun akhirnya ditolak mentah-mentah.
"Strategi mereka adalah memiliki aplikasi dan layanan yang memenuhi kehubuhan orang, tak masalah usia dan kepentingan mereka atau bagaimana mereka berkomunikasi," jelas Debra Aho Williamson, analis industri e Marketer, seperti dilansir Mercurynews.
Sedangkan Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Facebook dalam keterangan resminya mengaku bahwa akuisisi ini merupakan perwujudan dari misi bersama Facebook dan WhatsApp untuk meningkatkan konektivitas di dunia melalui penyediaan layanan dasar internet secara efisien dan terjangkau.
Kombinasi ini juga diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan dan interaksi seluruh pengguna layanan dari kedua perusahaan.
"WhatsApp telah meretas jalan untuk menghubungkan 1 miliar orang. Layanan yang mampu mencapai pencapaian seperti itu memiliki nilai yang luar biasa tinggi," kata Mark Zuckerberg.
"Saya kenal Jan (pendiri WhatsApp) sudah lama dan saya sangat senang bisa bermitra dengan dia dan timnya untuk menjadikan dunia lebih terbuka dan saling terhubung," tambah dia.
Pendiri dan CEO WhatsApp, Jan Koum, menyambut gembira akuisisi itu. Langkah ini dipandang penting bagi WhatsApp dalam memperluas layanan kepada lebih banyak orang di seluruh dunia.
"Interaksi pengguna yang sangat tinggi dan pertumbuhan pesat dari WhatsApp adalah berkat kemampuan messaging yang sederhana, kuat dan instan dari layanan yang kami berikan," ujarnya.
Tetap Mandiri
Lantas, bagaimana nasib WhatsApp, perusahaan yang memiliki 450 juta lebih pelanggan setiap bulannya dan menambahkan lebih dari satu juta pengguna baru setiap harinya, setelah bergabung dengan perusahaan pencentus jejaring sosial, Facebook?
Dalam keterangan resminya, Facebook memastikan brand WhatsApp tetap akan dipertahankan dan kantor pusat penyedia messaging ini akan tetap berada di Mountain View, California.
Bahkan, Facebook menyebutkan, meski Jan Koum akan bergabung dengan dewan direksi jejaring sosial itu, tetapi aplikasi messaging WhatsApp dan Facebook tetap akan terus beroperasi dan berjalan secara mandiri.
Sang pendiri dan CEO WhatsApp, Jan Koum mengamini apa yang disampaikan Facebook. Ia menuturkan, WhatsApp tetap akan fokus pada layanan pesan instan dan memastikan layanannya tidak akan disesaki iklan seperti yang terdapat di Facebook.
"WhatsApp akan tetap otonom dan independen. Anda dapat menikmati tanpa biaya. Dan, Anda masih dapat mengandalkannya tanpa diganggu iklan yang tentu saja menganggu komunikasi Anda," kata Koum dalam keterangan blog resmi WhatsApp.
Akuisisi ini juga mengundang komentar investor WhatsApp, Sequoia. Investor ini yakin dengan komitmen Koum yang akan tetap fokus pada pengalaman messaging dan tidak akan menyesaki platform dengan iklan-iklan.
Hal itu tampak pada secarik kertas yang diletakkannya di meja kerja Kuom. Pada memo itu, Sequoia meninggalkan pesan singkat yang intinya melarang adanya iklan dan hal lain yang menganggu pengalaman pengguna WhatsApp.
"No Ads, No Games, No Gimmicks!" kata Sequoia dalam memonya ke Kuom, dikutip Tech Crunch.
Pecahkan Rekor
Akuisisi Facebook atas WhatsApp dengan nilai US$19 miliar itu memecahkan rekor akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan teknologi berbasis di Sillicon Valley itu.
Nilai akuisisi itu setara dengan nilai akuisisi Hewlett Packard (HP) dengan Compaq, perusahaan berbasis di Texas pada 2002 silam, seperti dilansir Mercurynews, Kamis 20 Febuari 2014.
"Akuisisi WhatsApp itu merupakan jumlah yang sangat mengkhawatirkan. Anda membicarakan 16 Instagram," ujar Dave Cotter, CEO SquareHub, perusaaan rintisan (start up) jejaring sosial mobile.
Untuk diketahui, nilai akuisisi WhatsApp itu setara dengan 16 kali akuisisi Instagram oleh Facebook pada 2012 silam. Saat itu, Instagram dibeli dengan nilai US$1 miliar saja.
Namun, Robert Peck, analis saham teknologi SunTrust Robinson Humphtrey, New York mengaku bahwa nilai akuisisi Facebook terhadap WhatsApp wajar.
"Saya pikir dari waktu ke waktu, mereka akan mencari cara untuk memonetisasi akuisisi, sebanyak yang mereka lakukan pada Facebook sendiri," terang Peck.
Keyakinan Peck didasarkan pada pada potensi yang dimiliki WhatsApp, yang memiliki pengguna bulanan aktif 450 juta. "Bila Anda memiliki basis pengguna yang besar, itu memberikan Anda kemampuan untuk monetisasi," jelasnya.
Ia memprediksi, skema monetisasi bisa melalui skema berlangganan layanan, atau WhatsApp bisa menawarkan e-commerce yang memungkinkan pengguna membeli barang dengan ponsel mereka.
Semetara itu, pihak yang akan mendapatkan keuntungan dari akuisisi WhatsApp ini yaitu investor WhatsApp, Sequoia Capital. Pemodal ventura ini telah menyuntikkan dana sekitar US$60 juta ke WhatsApp sejak 2009.
"Kesepakatan ini adalah tonggak spektakuler bagi Koum dan Acton serta pasukan mereka," tulis Jim Goetz, dari Sequoia dalam akun Twitternya.
Sumber